Kamis, 17 Mei 2012

Konsep-Konsep Utama Dalam Pendekatan Konseling

KONSEP UTAMA PENDEKATAN PSIKOANALITIK
Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan resolusi dan integrasi fase-fase perkembangan psikoseksual yang berhasil. Perkembangan kepribadian yang gagal merupakan akibat dari resolusi sejumlah fase perkembangan psikoseksual yang tidak memadai. id, ego,dan superego membentuk dasar bagi struktur kepribadian. Kecemasan adalah akibat perepresian konflik-konflik dasar. mekanisme-mekanisme pertahana ego dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Proses-proses tak sadar berkaitan erat dengan tingkah laku yang muncul sekarang.
KONSEP UTAMA PENDEKATAN EKSISTENSIAL-HUMANISTIK
Pendekatan eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing individu. Kesadaran diri berkembang sejak bayi. Determinasi diri dan kecenderungan ke arah pertumbuhan adalah gagasan-gagasan sentral. Psikopatologi adalah akibat dari kegagalan dalam mengaktualisasikan potensi. Pembedaan-pembedaan dibuat antara “rasa bersalah eksistensial” dan “rasa bersalah neurotik” serta antara “kecemasan eksistensial” dan kecemasan neurotik”. Berfokus pada saat sekarang dan pada apa menjadi seseorang itu; yang berarti memiliki orientasi ke masa depan.
KONSEP UTAMA PENDEKATAN CLIENT-CENTERED
Konseli memiliki kemampuan untuk menjadi sadar atas masalah-masalahnya serta cara-cara mengatasinya. Kepercayaan diletakkan pada kesanggupan konseli untuk mengarahkan dirinya sendiri. kesehatan mental adalah keselarasan antara diri ideal dan diri real. Maladjusmnet adalah akibat dari kesenjangan anatara diri ideal dan diri real. Berfokus pada saat sekarang serta pada mengalami dan mengekspresikan perasaan-perasaan.

KONSEP UTAMA PENDEKATAN GESTALT
Berfokus pada apa dan bagaimana mengalami disini-dan-sekarang (here and now) untuk membantu konseli agar menerima polaritas-polaritas dirinya. Konsep-konsep utama mencakup tanggung jawab pribadi, urusan yang tak selesai, penghindaran, mengalami dan menyadari saat sekarang. Ini adalah terapi ekperiensial yang menekankan perasaan-perasaan dan pengaruh-pengaruh urusan yang tak selesai terhadap perkembangan kepribadian sekarang.
KONSEP UTAMA PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL
Berfokus pada permainan-permainan yang dimainkan untuk menghindari keakraban dalam transaksi-transaksi. Kepribadian terdiri atas ego Orang Tua, ego Orang Dewasa, dan ego Anak. Konseli diajari untuk menyadari ego yang mana yang berperan dalam transaksi-transaksi yang dijalankan. Permainan, penipuan, putusan-putusan dini, skenario kehidupan, dan internalisasi perintah-perintah adalah konsep-konsep utama.
KONSEP UTAMA PENDEKATAN BEHAVIORAL
Berfokus pada tingkah laku yang nampak, ketepatan dalam menyusun tujuan-tujuan treatment, pengembangan rencana-rencana treatment yang spesifik, dan evaluasi objektif atas hasil-hasil terapi. Terapi berdasarkan prinsip-prinsip teori belajar. Tingkah laku yang normal dipelajari melalui perkuatan dan peniruan. Tingkah laku yang abnormal adalah akibat dari belajar yang keliru. Ia menekankan tingkah laku sekarang dan hanya memberikan sedikit perhatian kepada sejarah masa lampau dan sumber-sumber gangguan.
KONSEP UTAMA PENDEKTAN RASIONAL-EMOTIF
Neurosis adalah pemikiran dan tingkah laku irrasional. Gangguan-gangguan emosional berakar pada masa kanak-kanak, tetapi dikekalkan pada reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab masalah-masalah emosional. Oleh karenanya, konseli ditentang untuk menguji kesahihan keyakinan-keyakinan tertentu.
KONSEP UTAMA PENDEKATAN REALITAS
Pendekatan ini menolak model medis dan konsep tentang penyakit mental. Berfokus pada apa yang bisa dilakukan sekarang, dan menolak masa lampau sebagai variabel utama. Pertimbangan nilai dan tanggung jawab moral ditekankan. Kesehatan mental sama dengan penerimaan atas tanggung jawab.
Sumber: Gerald Corey. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
(GALIH JALU DWI.N 101014230)

Anak Retradasi Mental

PENGERTIAN ANAK RETARDASI MENTAL
Berdasarkan definisi dari Asosiasi Retardasi Mental di Amerika (America Associatian On Mental Retardasi-AAMR), anak dengan keterbelakangan mental mempunyai 2 ciri utama sebelum usia 18 th :
  1. Memiliki taraf kecerdasan yang secara signifikan berada di bawah rata-rata kecerdasan umum anak sebayanya, keadaan ini diindikasikan dengan nilai IQ yang berada di bawah 70. Kemudian kemampuan belajarnya lebih lambat dan memiliki prestasi berada jauh di bawah rata-rata kelasnya dan merata dihampir seluruh mata pelajaran.
  2. Tidak dikuasainnya perilaku adaptif, yaitu perilaku yang berkaitan denngan ketrampilan kegiatan harian
Anak dengan keterbelakangan mental menunjukan keterbatasan dalam kecerdasan praktis yaitu untuk mengarahkan diri untuk melakukan aktifitas harian dan kecerdasan social yaitu melakukan perilaku yang sesuai dengan situasi social. Biasanya anak dengan keterbelakangan mental mengalami kesulitan dalam ranah perilaku adaptasi seperti komunikasi, bantu diri dan aspek lainnya.
PENYEBAB RETARDASI MENTAL
Penyebab retardasi mental secara umum dapat terjadi karena factor genetic, biologis non keturunan, dan lingkungan
1. Faktor genetic
Lebih dari 150 kerusakan gen yang diketahui dapat menyebabkan keterbelakangan mental, walaupun kebanyakan jarang terjadi. Dalam hal ini gen gagal memberikan perintah memproduksi enzim atau pembentukan enzim yang salah. Keadaan ini berlangsung sejak individu berada pada masa konsepsi. Terjadi kelainan kromosom karena penambahan atau pengurangan  suatu kromosom, akibatnya terjadi kelainan fisik maupun fungsi-fungsi kecerdasannya.
2. Biologis non-keturunan
a. Radiasi sinar X, dapat menyebabkan cacat pada Ibu selama kehamilan, walaupun  bahaya tidak diketahui dengan jelas radiasi dapat mengakibatkan bermacam-macam gangguan pada bayi yang belum lahir termasuk kematian, kelainan bentuk, kerusakan otak, kemudahan terkena kanker tertentu, umur pendek dan mutasi gen yang akibatnya baru terasa pada beberapa generasi berikutnya.
b. Keadaan gizi Ibu yang buruk ketika kehamilan, hal ini cukup beralasan kalau mengingat bahwa janin yang sedang tumbuh memperoleh makanan dari aliran darah ibunya, melalui membrane yang semi permiabel dari plasenta dan tali pusar. Kekurangan gizi bagi Ibu hamil mengakibatkan pembentukan sel-sel otak yang terjadi selama kehamilan mengalami gangguan. Berdasarkan penelitian anak-anak yang cacat lahir dan keterbelakangan mental diakibatkan oleh kekurangan gizi pada saat di dalam kandungan.
c. Obat-obatan, alasan penting kekhawatiran penggunaan obat-obatan ialah terjadi kerusakan anatomi pada anggota tubuh sekelompok bayi dan dicurigai mengakibatkan cacat lahir yang ibunya meminum obat thalidomid selama hamil. Termasuk di dalamnya beberapa antibiotic, hormon, steroid, antikoagulan, narkotika dan obat penenang serta beberapa obat halusinogenik seperti LSD dan PCP.
d. Faktor Rhesus, menunjukkan adanya factor kimia yang terdapat dalam darah sekitar 85% manusia, walaupun terdapat variasi ras  dan etnik. Selama kehamilan, anti bodi dalam darah ibu dapat menyerang darah Rh-positif bayi yang belum lahir. Penghancuran yang terjadi dapat dibatasi sehingga timbul sebagai anemia ringan atau ekstensif sehingga mengakibatkan celebral palsy, ketulian, keterbelakangan mental bahkan kematian.
3. Lingkungan
Selain keadaan genetic dan biologis, factor lingkungan juga dapat berperan sebagai penyebeb retardasi mental terutama berkaitan dengan kesempatan stimulasi yang diberikan pada anak. Misalnya penolakan orangtua, anak yang tidak diterima oleh orang tuanya sangat mungkin telah mendapat stimulasi yang cukup untuk optimalisasi perkembangannya.
PENANGANAN ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL
Untuk dapat mengoptimalkan kemampuan anak dengan retardasi mental, penanganannya harus secara komprehensif antara orangtua, psikolog(konselor), docter, guru dan terapis. Untuk bidang pendidikan, penanganan anak retardasi mental dapat ditekankan pada pengembangan ketrampilan bersosialisasi dan aktivitas bantu diri sederhana.
Sebagai seorang guru dalam memberikan materi pelajaran, ada beberapa cara yang diterapkan seperti :
1.Mengenalkan materi pelajaran yang baru dengan perlahan-lahan. Pastikan bahwa anak memahami apa yang disampaikan. Beri kesempatan untuk berlatih secara langsung. Misalkan untuk mengajarkan bahwa ketika masuk sekolah, anak harus berjabat tangan dengan guru dan mengucapkan salam, begitu seterusnya
2.Dalam memberikan instruksi atau keterangan hendaknya guru membantu anak memusatkan perhatiannya terlebih dahulu pada apa yang akan disampaikan oleh guru. Misalnya, dengan menggunakan kata-kata “coba perhatikan Ibu”,”lihat”,”dengar”.
3.Keterangan yang disampaikan hendaknya diterangkan dalam bentuk yang nyata dan secara bertahap. Misalnya, untuk mengajarkan bahwa selesai makan anak harus mencuci tangan, guru harus melatihkan setiap langkahnya
(GALIH JALU DWI.N 101014230)

Studi Kasus Konseling Keluarga Dengan Pendekatan Konseling Directive

Titik tolak perbedaan dari bermacam-macam tehnik dalam konseling sebenarnya terletak pada cara pendekatannya, pada kesempatan ini penulis berperan dengan menggunakan konseling Directive yang diperkenalkan oleh E.G. Williamson yang sering disebut juga konseling Behavioristik (perubahan tingkah laku). Pendekatan dalam konseling ini didasarkan pada konsep bahwa masalah orang itu berkembang dan merupakan hasil kontak dengan lingkungan luarnya. Tujuan utama dari konseling Directive adalah membantu klien mengganti tingkah laku emosional dan impulsif dengan tingkah laku yang rasional.
Study kasus ini, penulis lakukan dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Konseling Keluarga jenjang S1 BK. Dengan latar belakang masalah yang terjadi pada seorang siswa, bernama Friska (F) umur 16 tahun, kelas 2 SMU di sekolah X Kota Semarang. Ia mempunyai orang tua yang semuanya berkarir dalam bidang Roti dan Catering, dan ia merupakan anak tunggal dalam keluarga, karena itu ia sangat dimanjakan oleh orang tuanya.

Management By Objective(MBO)

Prinsip Manajemen By Objective
1. Pengertian Manajeman
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur (Malayu S.P. Hasibuan, 2003: 1). Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Yang diatur dalam manajemen antara lain adalah: manusia, uang, metode, material, mesin, pasar, dan sebagainya. Komponen-komponen tersebut diatur agar berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal. Pengaturan komponen-komponen tersebut melalui suatu proses yang terdiri dari: 1) perencanaan, 2) pengorganisasian, 3) pengarahan, dan 4) pengendalian. Malayu S.P. Hasibuan mendefinisikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Pengertian Prinsip Manajeman By Objective
Sebutan “manajemen sesuai objektif” pertama dipopulerkan oleh Peter Drucker dalam bukunya tahun 1954 yang berjudul ‘The Practice of Management’. MBO sulit didefinisikan, namun secara umum esensi sistem MBO, terletak pada penetapan tujuan tujuan-tujuan umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja bersama, penentuan bidang utama setiap individu yang hasilnya dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil (sasaran) yang dapat diukur dan diharapkan, dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagai satuan pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian masing penilaian sumbangan masing-masing anggota.
Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Management by objective (MBO) atau manajemen by objective atau manajemen sesuai objektif adalah suatu proses persetujuan terhadap objektif di dalam satu organisasi sehingga manajemen dan karyawan menyetujui objektif ini dan memahami apa posisi mereka di dalam organisasi tersebut
Management by objective (MBO) atau juga disebut (diterjemahkan) Manajemen Berdasarkan Sasaran, yaitu suatu cara untuk melibatkan para karyawan di dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka. (Sondang P. Siahaan: 2004: 362).
Menurut Nanang Fattah (2009: 33) menjelaskan bahwa Management by objective (MBO) merupakan teknik manajeman yang membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi. Lebih lanjut Nanang Fattah menjelaskan bahwa dengan Management by objective (MBO) dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Management by objective (MBO) adalah suatu cara di dalam mencapai sasaran hasil maupun dalam merencanakan program melibatkan semua pihak (stakeholders) pada lembaga yang bersangkutan
3. Kekuatan dan Kelemaham Manajeman By Objective
Kekuatan MBO antara lain adalah: 1) MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen, 2) MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari manajemen, 3) MBO memfokuskan pada hasil akhir dari pada niat yang baik maupun faktor personal. 4) MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.
Hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kekuatan Manajeman By Objective adalah 1). Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. 2). Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan dan sasaran. 3). Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan. 4). Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi. 5). Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu. Ini memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas pekerjaan mereka dalam hubungannya dengan tujuan organisasi.
Menurut Nanang Fattah (2009: 34) ada empat kekuatan dari Manajeman By Objective yaitu:
a. Pengelolaan cenderung lebih baik karena keharusan membuat program.
b. Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas.
c. Individu mengikat diri pada tugas-tugasnya (commited).
d. Pengawasan lebih efektif berkembang.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan dari Manajeman By Objective adalah:
a. MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen.
b. MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari manajemen.
c. MBO memfokuskan pada hasil akhir.
d. MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.
e. Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.
f. Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tugas masing-masing dan tujuan organisasi.
g. Pengawasan lebih efektif berkembang.
Adapun kelamahan dari Manajeman By Objective adalah pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa mempedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalah sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.
Sedangkan menurut hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kelemahan Manajeman By Objective ada dua kategori kelemahan-kelemahan khas untuk organisasi yang mempunyai program MBO formal: 1). Kelemahan-kelemahan yang melekat (inherent) pada proses MBO. Ini mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO serta meningkatkan banyaknya kertas kerja. 2). Kelemahan-kelemahan dalam pengembangan dan implementasi MBO oleh berbagai fungsi.
Menurut Nanang Fattah (2009: 35) ada empat kelemahan Manajeman By Objective yaitu:
a. Tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik Manajeman By Objective secara tepat.
b. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi.
c. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara kuantitas.
d. Perubahan yang diinginkan Manajeman By Objective dalam perilaku manajer kemungkinan akan menimbulkan maslah dalam proses MBO titik berat akan bergeser dari menilai menjadi membantu bawahan.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan Manajeman By Objective adalah:
  1. Tidak mudah menanamkan tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik MBO secara tepat
  2. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi
  3. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara dikuantitas
  4. Pembuatan keputusan membutuhkan waktu yang lama
  5. Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja
  6. Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja
                 (GALIH JALU DWI.N 101014230)

Terapi Anak Hiperaktif/ADHD

Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah kondisi psikologis yang dimulai pada anak usia dini dan sering berlanjut menjadi dewasa. Secara umum, laki-laki memiliki tingkat prevalensi yang lebih tinggi dari gangguan daripada wanita. Ada tiga set luas dari gejala yang berhubungan dengan ADHD: kurangnya perhatian dan distractibility, hiperaktif, dan impulsif. Hal ini tidak perlu memiliki gejala-gejala dari semua tiga wilayah untuk memenuhi kriteria ADHD dan banyak orang dewasa mengalami gejala kognitif terutama dari kurangnya perhatian dan distractibility. Gejala-gejala hiperaktif dan impulsif lebih sering terjadi pada laki-laki dan biasanya lebih parah pada awal masa kanak-kanak. Selain gejala-gejala utama, banyak anak dengan ADHD mengalami masalah sekunder, termasuk kesulitan akademis yang signifikan selama tahun-tahun awal mereka sekolah dan / atau kesulitan interpersonal dengan rekan-rekan.
ADHD diklasifikasikan sebagai “Developmental Disorder” yang berarti gejala harus hadir oleh anak usia dini dan mereka biasanya menetap menjadi remaja atau dewasa. Gejala yang terkait dengan ADHD bervariasi secara signifikan di seluruh umur dalam hal keparahan dan beberapa gejala dapat mengatasi seluruhnya oleh remaja akhir atau dewasa. Seorang anak dengan ADHD mungkin memiliki kesulitan duduk untuk jangka waktu selama kelas, misalnya, sedangkan dewasa muda mungkin merasa “gelisah” selama kelas dan memiliki masalah dengan konsentrasi dan perhatian-span selama kuliah. Orang dewasa mungkin menghadapi berbagai masalah, seperti masalah awal dan menyelesaikan tugas-tugas di tempat kerja.
(GALIH JALU DWI.N 101014230)

Konseling Terapi Bgi Penderita Obsesive-Compulsif Disorder(OCD)

A. Pengertian Obsesif-Kompulsif
Gangguan  Obsesif-Kompulsif  disingkat GOK atau Obbesive-Compulsif Dissorder (OCD), ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan. Kompulsi adalah desakan atau paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi.
Dalam kriteria DSM-IV-TR mengartikan bahwa Obsesi adalah pikiran yang berulang dan menetap, impuls-impuls atau dorongan yang menyebabkan kecemasan, Kompulsif adalah perilaku dan tindakan mental repetitif yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan ketegangan.
Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya. Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu didominasi oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya.
B. Penyebab Gangguan Obsesif Kompulsif
Penyebab Obsesif Kompulsif adalah:
1)      Genetik – (Keturunan). Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder).
2)      Organik – Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian – bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD.
3)      Kepribadian – Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah.
4)      Pengalaman masa lalu – Pengalaman masa lalu/lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.
5)      Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala yang mirip dengan depresi.
6)      Konflik – Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan diri.
(GALIH JALU DWI.N 101014230)

Kecerdasan Majemuk

Teori Kecerdasan Majemuk pertama kali dikembangkan oleh Dr. Howard Gardner dari Harvard Univewrsity pada tahun 1983. Selama ini gagasan kecerdasan berdasarkan pengujian IQ adalah sangat terbatas. Dr. Gardner berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai 8 kecerdasan yang berbeda untuk berbagai potensi manusia yang lebih luas pada anak-anak dan orang dewasa. 8 kecerdasan tersebut adalah:
1. Kecerdasan Linguistik (Kata-kata)
Merupakan kepekaan untuk berbicara dan menulis, kemampuan untuk mempelajari bahasa dan kemampuan menggunakan  bahasa untuk mencapai tujuan tertentu. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk secara efektif menggunakan bahasa  untuk mengekspresikan diri secara retoris atau puitis, dan bahasa sebagai sarana untuk mengingat informasi. Penulis, penyair, pengacara, dan pembicara adalah mereka yang mempunyai kecerdasan linguistik yang tinggi.
2. Kecerdasan Logika (Matematika)
Kecerdasan Logika-Matematika terdiri dari kemampuan untuk menganalisa masalah secara logis, melakukan operasi  matematika, dan menyelidiki masalah ilmiah. Menurut Gardner ini merupakan kemampuan untuk mendeteksi pola, alasan  deduktif dan berpikir logis. Kecerdasan ini sering dikaitkan dengan pemikiran ilmiah dan matematika.
3. Kecerdasan Spasial (Gambar)
Kecerdasan Spasial melibatkan kemampuan untuk mengenali dan menggunakan pola ruang yang luas.
4. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal melibatkan kemampuan dalam kinerja, komposisi dan apresiasi terhadap pola musik. Ini mencakup kemampuan untuk mengenali dan menulis pola titi nada musik, nada, dan ritme. Menurut Gardner kecerdasan musik secara struktural berjalan hampir paralel dengan kecerdasan linguistik.
5. Kecerdasan Intrapersonal (Refleksi diri)
Kecerdasan Intrapersonal mencakup kemampuan untuk memahami diri sendiri, untuk menghargai perasaan, ketakutan, dan motivasi. Dalam pandangan Gardner melibatkan kemampuan memiliki model kerja yang efektif dari diri kita sendiri, dan untuk menggunakan informasi tersebut untuk mengatur hidup kita.
6. Kecerdasan Kinestetik (Olah tubuh)
Kecerdasan kinestetik jasmani memerlukan potensi menggunakan seluruh tubuh seseorang atau bagian tubuh untuk      memecahkan masalah. Ini adalah kemampuan untuk menggunakan kemampuan mental untuk mengkoordinasikan gerakan tubuh. gardner melihat aktivitas mental dan fisik sebagai sesuatu yang berkaitan.
7. Kecerdasan Interpersonal (hubungan antar manusia)
Kecerdasan Interpersonal berkaitan dengan kemampuan untuk memahami kemauan, motivasi, dan keinginan orang lain. Hal ini memungkinkan orang untuk bekerja secara efektif dengan orang lain. Pendidik, tenaga penjual, pemimpin agama dan politik, dan konselor semua membutuhkan kecerdasan interpersonal yang bekerja dengan baik.
8. Kecerdasan Naturalis (hubungan dengan alam)
Kecerdasan naturalis memungkinkan manusia untuk mengenali, mengelompokkan dan menggunakan fitur tertentu dari  lingkunghan. Kecerdasan ini menggabungkan deskripsi kemampuan inti dengan karakterisasi peran yang banyak  mempunyai nilai  budaya.
Sebagian besar lembaga pendidikan kita masih menitikberatkan pemberdayaan peserta didik pada kecerdasan linguistik dan kecerdasan logika, sedangkan kemampuan yang lain masih belum diberdayakan secara maksimal. Dr. Gardner juga mengatakan bahwa kita juga harus menempatkan perhatian yang sama pada individu yang menunjukkan prestasi dalam kecerdasan lain: para seniman, arsitek, musisi, naturalis, desainer, penari, terapis, pengusaha dan lain-lain yang memperkaya dunia dimana kita hidup. Sayangnya banyak dari anak-anak yang sangat berbakat tidaka cukup punya ruang gerak yang cukup luas di sekolah dimana mereka seharusnya dapat mengembangkan bakat yang mereka miliki secara optimal.
Salah satu fitur yang paling menonjol dari kecerdasan majumuk adalah bagaimana ia menyediakan 8 jalur potensi yang berbeda untuk belajar. Jika guru kesulitan menjangkau siswa dengan cara liguistik atau logis, teori kecerdasan majemuk menyarankan beberapa cara lain dimana pelajaran mungkin disajikan untuk memfasilitasi pembelajaran yang efektif. Penggabungan beberapa hal dalam kecerdasan majemuk merupakan ide pembelajaran yang sangat menarik dan efektif. Penyajian materi pelajaran bisa dilakukan dengan lebih kaya dan lebih kreatif. (dari berbagai sumber)
(GALIH JALU DWI.N 101014230)