KONSEP UTAMA PENDEKATAN PSIKOANALITIK
Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan resolusi dan integrasi
fase-fase perkembangan psikoseksual yang berhasil. Perkembangan
kepribadian yang gagal merupakan akibat dari resolusi sejumlah fase
perkembangan psikoseksual yang tidak memadai. id, ego,dan superego
membentuk dasar bagi struktur kepribadian. Kecemasan adalah akibat
perepresian konflik-konflik dasar. mekanisme-mekanisme pertahana ego
dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Proses-proses tak sadar
berkaitan erat dengan tingkah laku yang muncul sekarang.
KONSEP UTAMA PENDEKATAN EKSISTENSIAL-HUMANISTIK
Pendekatan eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti
manusia. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan
masing-masing individu. Kesadaran diri berkembang sejak bayi.
Determinasi diri dan kecenderungan ke arah pertumbuhan adalah
gagasan-gagasan sentral. Psikopatologi adalah akibat dari kegagalan
dalam mengaktualisasikan potensi. Pembedaan-pembedaan dibuat antara
“rasa bersalah eksistensial” dan “rasa bersalah neurotik” serta antara
“kecemasan eksistensial” dan kecemasan neurotik”. Berfokus pada saat
sekarang dan pada apa menjadi seseorang itu; yang berarti memiliki
orientasi ke masa depan.
KONSEP UTAMA PENDEKATAN CLIENT-CENTERED
Konseli memiliki kemampuan untuk menjadi sadar atas masalah-masalahnya
serta cara-cara mengatasinya. Kepercayaan diletakkan pada kesanggupan
konseli untuk mengarahkan dirinya sendiri. kesehatan mental adalah
keselarasan antara diri ideal dan diri real. Maladjusmnet adalah akibat
dari kesenjangan anatara diri ideal dan diri real. Berfokus pada saat
sekarang serta pada mengalami dan mengekspresikan perasaan-perasaan.
KONSEP UTAMA PENDEKATAN GESTALT
Berfokus pada apa dan bagaimana mengalami disini-dan-sekarang (here and
now) untuk membantu konseli agar menerima polaritas-polaritas dirinya.
Konsep-konsep utama mencakup tanggung jawab pribadi, urusan yang tak
selesai, penghindaran, mengalami dan menyadari saat sekarang. Ini adalah
terapi ekperiensial yang menekankan perasaan-perasaan dan
pengaruh-pengaruh urusan yang tak selesai terhadap perkembangan
kepribadian sekarang.
KONSEP UTAMA PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL
Berfokus pada permainan-permainan yang dimainkan untuk menghindari
keakraban dalam transaksi-transaksi. Kepribadian terdiri atas ego Orang
Tua, ego Orang Dewasa, dan ego Anak. Konseli diajari untuk menyadari ego
yang mana yang berperan dalam transaksi-transaksi yang dijalankan.
Permainan, penipuan, putusan-putusan dini, skenario kehidupan, dan
internalisasi perintah-perintah adalah konsep-konsep utama.
KONSEP UTAMA PENDEKATAN BEHAVIORAL
Berfokus pada tingkah laku yang nampak, ketepatan dalam menyusun
tujuan-tujuan treatment, pengembangan rencana-rencana treatment yang
spesifik, dan evaluasi objektif atas hasil-hasil terapi. Terapi
berdasarkan prinsip-prinsip teori belajar. Tingkah laku yang normal
dipelajari melalui perkuatan dan peniruan. Tingkah laku yang abnormal
adalah akibat dari belajar yang keliru. Ia menekankan tingkah laku
sekarang dan hanya memberikan sedikit perhatian kepada sejarah masa
lampau dan sumber-sumber gangguan.
KONSEP UTAMA PENDEKTAN RASIONAL-EMOTIF
Neurosis adalah pemikiran dan tingkah laku irrasional. Gangguan-gangguan
emosional berakar pada masa kanak-kanak, tetapi dikekalkan pada
reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab
masalah-masalah emosional. Oleh karenanya, konseli ditentang untuk
menguji kesahihan keyakinan-keyakinan tertentu.
KONSEP UTAMA PENDEKATAN REALITAS
Pendekatan ini menolak model medis dan konsep tentang penyakit mental.
Berfokus pada apa yang bisa dilakukan sekarang, dan menolak masa lampau
sebagai variabel utama. Pertimbangan nilai dan tanggung jawab moral
ditekankan. Kesehatan mental sama dengan penerimaan atas tanggung jawab.
Sumber: Gerald Corey. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
(GALIH JALU DWI.N 101014230)
Apa Aja Ada di Bimbingan dan Konseling
Kamis, 17 Mei 2012
Anak Retradasi Mental
PENGERTIAN ANAK RETARDASI MENTAL
Berdasarkan definisi dari Asosiasi
Retardasi Mental di Amerika (America Associatian On Mental
Retardasi-AAMR), anak dengan keterbelakangan mental mempunyai 2 ciri
utama sebelum usia 18 th :
- Memiliki taraf kecerdasan yang secara signifikan berada di bawah rata-rata kecerdasan umum anak sebayanya, keadaan ini diindikasikan dengan nilai IQ yang berada di bawah 70. Kemudian kemampuan belajarnya lebih lambat dan memiliki prestasi berada jauh di bawah rata-rata kelasnya dan merata dihampir seluruh mata pelajaran.
- Tidak dikuasainnya perilaku adaptif, yaitu perilaku yang berkaitan denngan ketrampilan kegiatan harian
Anak dengan keterbelakangan mental
menunjukan keterbatasan dalam kecerdasan praktis yaitu untuk mengarahkan
diri untuk melakukan aktifitas harian dan kecerdasan social yaitu
melakukan perilaku yang sesuai dengan situasi social. Biasanya anak
dengan keterbelakangan mental mengalami kesulitan dalam ranah perilaku
adaptasi seperti komunikasi, bantu diri dan aspek lainnya.
PENYEBAB RETARDASI MENTAL
Penyebab retardasi mental secara umum dapat terjadi karena factor genetic, biologis non keturunan, dan lingkungan
1. Faktor genetic
Lebih dari 150 kerusakan gen yang
diketahui dapat menyebabkan keterbelakangan mental, walaupun kebanyakan
jarang terjadi. Dalam hal ini gen gagal memberikan perintah memproduksi
enzim atau pembentukan enzim yang salah. Keadaan ini berlangsung sejak
individu berada pada masa konsepsi. Terjadi kelainan kromosom karena
penambahan atau pengurangan suatu kromosom, akibatnya terjadi kelainan
fisik maupun fungsi-fungsi kecerdasannya.
2. Biologis non-keturunan
a. Radiasi sinar X,
dapat menyebabkan cacat pada Ibu selama kehamilan, walaupun bahaya
tidak diketahui dengan jelas radiasi dapat mengakibatkan bermacam-macam
gangguan pada bayi yang belum lahir termasuk kematian, kelainan bentuk,
kerusakan otak, kemudahan terkena kanker tertentu, umur pendek dan
mutasi gen yang akibatnya baru terasa pada beberapa generasi berikutnya.
b. Keadaan gizi Ibu yang buruk ketika kehamilan,
hal ini cukup beralasan kalau mengingat bahwa janin yang sedang tumbuh
memperoleh makanan dari aliran darah ibunya, melalui membrane yang semi
permiabel dari plasenta dan tali pusar. Kekurangan gizi bagi Ibu hamil
mengakibatkan pembentukan sel-sel otak yang terjadi selama kehamilan
mengalami gangguan. Berdasarkan penelitian anak-anak yang cacat lahir
dan keterbelakangan mental diakibatkan oleh kekurangan gizi pada saat di
dalam kandungan.
c. Obat-obatan, alasan
penting kekhawatiran penggunaan obat-obatan ialah terjadi kerusakan
anatomi pada anggota tubuh sekelompok bayi dan dicurigai mengakibatkan
cacat lahir yang ibunya meminum obat thalidomid selama hamil. Termasuk
di dalamnya beberapa antibiotic, hormon, steroid, antikoagulan,
narkotika dan obat penenang serta beberapa obat halusinogenik seperti
LSD dan PCP.
d. Faktor Rhesus,
menunjukkan adanya factor kimia yang terdapat dalam darah sekitar 85%
manusia, walaupun terdapat variasi ras dan etnik. Selama kehamilan,
anti bodi dalam darah ibu dapat menyerang darah Rh-positif bayi yang
belum lahir. Penghancuran yang terjadi dapat dibatasi sehingga timbul
sebagai anemia ringan atau ekstensif sehingga mengakibatkan celebral
palsy, ketulian, keterbelakangan mental bahkan kematian.
3. Lingkungan
Selain keadaan genetic dan biologis,
factor lingkungan juga dapat berperan sebagai penyebeb retardasi mental
terutama berkaitan dengan kesempatan stimulasi yang diberikan pada anak.
Misalnya penolakan orangtua, anak yang tidak diterima oleh orang tuanya
sangat mungkin telah mendapat stimulasi yang cukup untuk optimalisasi
perkembangannya.
PENANGANAN ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL
Untuk dapat mengoptimalkan kemampuan anak
dengan retardasi mental, penanganannya harus secara komprehensif antara
orangtua, psikolog(konselor), docter, guru dan terapis. Untuk bidang
pendidikan, penanganan anak retardasi mental dapat ditekankan pada
pengembangan ketrampilan bersosialisasi dan aktivitas bantu diri
sederhana.
Sebagai seorang guru dalam memberikan materi pelajaran, ada beberapa cara yang diterapkan seperti :
1.Mengenalkan materi pelajaran yang baru
dengan perlahan-lahan. Pastikan bahwa anak memahami apa yang
disampaikan. Beri kesempatan untuk berlatih secara langsung. Misalkan
untuk mengajarkan bahwa ketika masuk sekolah, anak harus berjabat tangan
dengan guru dan mengucapkan salam, begitu seterusnya
2.Dalam memberikan instruksi atau
keterangan hendaknya guru membantu anak memusatkan perhatiannya terlebih
dahulu pada apa yang akan disampaikan oleh guru. Misalnya, dengan
menggunakan kata-kata “coba perhatikan Ibu”,”lihat”,”dengar”.
3.Keterangan yang disampaikan hendaknya
diterangkan dalam bentuk yang nyata dan secara bertahap. Misalnya, untuk
mengajarkan bahwa selesai makan anak harus mencuci tangan, guru harus
melatihkan setiap langkahnya
(GALIH JALU DWI.N 101014230)
Studi Kasus Konseling Keluarga Dengan Pendekatan Konseling Directive
Titik tolak perbedaan dari bermacam-macam
tehnik dalam konseling sebenarnya terletak pada cara pendekatannya,
pada kesempatan ini penulis berperan dengan menggunakan konseling
Directive yang diperkenalkan oleh E.G. Williamson yang sering disebut
juga konseling Behavioristik (perubahan tingkah laku). Pendekatan dalam
konseling ini didasarkan pada konsep bahwa masalah orang itu berkembang
dan merupakan hasil kontak dengan lingkungan luarnya. Tujuan utama dari
konseling Directive adalah membantu klien mengganti tingkah laku
emosional dan impulsif dengan tingkah laku yang rasional.
Study kasus ini, penulis lakukan dalam
rangka pemenuhan tugas mata kuliah Konseling Keluarga jenjang S1 BK.
Dengan latar belakang masalah yang terjadi pada seorang siswa, bernama
Friska (F) umur 16 tahun, kelas 2 SMU di sekolah X Kota Semarang. Ia
mempunyai orang tua yang semuanya berkarir dalam bidang Roti dan
Catering, dan ia merupakan anak tunggal dalam keluarga, karena itu ia
sangat dimanjakan oleh orang tuanya.
Management By Objective(MBO)
Prinsip Manajemen By Objective
1. Pengertian Manajeman
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur (Malayu S.P. Hasibuan, 2003: 1). Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Yang diatur dalam manajemen antara lain adalah: manusia, uang, metode, material, mesin, pasar, dan sebagainya. Komponen-komponen tersebut diatur agar berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal. Pengaturan komponen-komponen tersebut melalui suatu proses yang terdiri dari: 1) perencanaan, 2) pengorganisasian, 3) pengarahan, dan 4) pengendalian. Malayu S.P. Hasibuan mendefinisikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
1. Pengertian Manajeman
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur (Malayu S.P. Hasibuan, 2003: 1). Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Yang diatur dalam manajemen antara lain adalah: manusia, uang, metode, material, mesin, pasar, dan sebagainya. Komponen-komponen tersebut diatur agar berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal. Pengaturan komponen-komponen tersebut melalui suatu proses yang terdiri dari: 1) perencanaan, 2) pengorganisasian, 3) pengarahan, dan 4) pengendalian. Malayu S.P. Hasibuan mendefinisikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Pengertian Prinsip Manajeman By Objective
Sebutan “manajemen sesuai objektif” pertama dipopulerkan oleh Peter Drucker dalam bukunya tahun 1954 yang berjudul ‘The Practice of Management’. MBO sulit didefinisikan, namun secara umum esensi sistem MBO, terletak pada penetapan tujuan tujuan-tujuan umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja bersama, penentuan bidang utama setiap individu yang hasilnya dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil (sasaran) yang dapat diukur dan diharapkan, dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagai satuan pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian masing penilaian sumbangan masing-masing anggota.
Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Management by objective (MBO) atau manajemen by objective atau manajemen sesuai objektif adalah suatu proses persetujuan terhadap objektif di dalam satu organisasi sehingga manajemen dan karyawan menyetujui objektif ini dan memahami apa posisi mereka di dalam organisasi tersebut
Management by objective (MBO) atau juga disebut (diterjemahkan) Manajemen Berdasarkan Sasaran, yaitu suatu cara untuk melibatkan para karyawan di dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka. (Sondang P. Siahaan: 2004: 362).
Menurut Nanang Fattah (2009: 33) menjelaskan bahwa Management by objective (MBO) merupakan teknik manajeman yang membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi. Lebih lanjut Nanang Fattah menjelaskan bahwa dengan Management by objective (MBO) dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Management by objective (MBO) adalah suatu cara di dalam mencapai sasaran hasil maupun dalam merencanakan program melibatkan semua pihak (stakeholders) pada lembaga yang bersangkutan
Sebutan “manajemen sesuai objektif” pertama dipopulerkan oleh Peter Drucker dalam bukunya tahun 1954 yang berjudul ‘The Practice of Management’. MBO sulit didefinisikan, namun secara umum esensi sistem MBO, terletak pada penetapan tujuan tujuan-tujuan umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja bersama, penentuan bidang utama setiap individu yang hasilnya dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil (sasaran) yang dapat diukur dan diharapkan, dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagai satuan pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian masing penilaian sumbangan masing-masing anggota.
Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Management by objective (MBO) atau manajemen by objective atau manajemen sesuai objektif adalah suatu proses persetujuan terhadap objektif di dalam satu organisasi sehingga manajemen dan karyawan menyetujui objektif ini dan memahami apa posisi mereka di dalam organisasi tersebut
Management by objective (MBO) atau juga disebut (diterjemahkan) Manajemen Berdasarkan Sasaran, yaitu suatu cara untuk melibatkan para karyawan di dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka. (Sondang P. Siahaan: 2004: 362).
Menurut Nanang Fattah (2009: 33) menjelaskan bahwa Management by objective (MBO) merupakan teknik manajeman yang membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi. Lebih lanjut Nanang Fattah menjelaskan bahwa dengan Management by objective (MBO) dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Management by objective (MBO) adalah suatu cara di dalam mencapai sasaran hasil maupun dalam merencanakan program melibatkan semua pihak (stakeholders) pada lembaga yang bersangkutan
3. Kekuatan dan Kelemaham Manajeman By Objective
Kekuatan MBO antara lain adalah: 1) MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen, 2) MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari manajemen, 3) MBO memfokuskan pada hasil akhir dari pada niat yang baik maupun faktor personal. 4) MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.
Hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kekuatan Manajeman By Objective adalah 1). Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. 2). Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan dan sasaran. 3). Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan. 4). Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi. 5). Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu. Ini memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas pekerjaan mereka dalam hubungannya dengan tujuan organisasi.
Kekuatan MBO antara lain adalah: 1) MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen, 2) MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari manajemen, 3) MBO memfokuskan pada hasil akhir dari pada niat yang baik maupun faktor personal. 4) MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.
Hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kekuatan Manajeman By Objective adalah 1). Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. 2). Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan dan sasaran. 3). Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan. 4). Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi. 5). Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu. Ini memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas pekerjaan mereka dalam hubungannya dengan tujuan organisasi.
Menurut Nanang Fattah (2009: 34) ada empat kekuatan dari Manajeman By Objective yaitu:
a. Pengelolaan cenderung lebih baik karena keharusan membuat program.
b. Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas.
c. Individu mengikat diri pada tugas-tugasnya (commited).
d. Pengawasan lebih efektif berkembang.
a. Pengelolaan cenderung lebih baik karena keharusan membuat program.
b. Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas.
c. Individu mengikat diri pada tugas-tugasnya (commited).
d. Pengawasan lebih efektif berkembang.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan dari Manajeman By Objective adalah:
a. MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen.
b. MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari manajemen.
c. MBO memfokuskan pada hasil akhir.
d. MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.
e. Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.
f. Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tugas masing-masing dan tujuan organisasi.
g. Pengawasan lebih efektif berkembang.
a. MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen.
b. MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari manajemen.
c. MBO memfokuskan pada hasil akhir.
d. MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.
e. Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.
f. Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tugas masing-masing dan tujuan organisasi.
g. Pengawasan lebih efektif berkembang.
Adapun kelamahan dari Manajeman By
Objective adalah pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan dalam
pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila
diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya
kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa
mempedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada
juga yang bilang MBO hanyalah sekedar formalitas belaka, pada akhirnya
yang menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.
Sedangkan menurut hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kelemahan Manajeman By Objective ada dua kategori kelemahan-kelemahan khas untuk organisasi yang mempunyai program MBO formal: 1). Kelemahan-kelemahan yang melekat (inherent) pada proses MBO. Ini mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO serta meningkatkan banyaknya kertas kerja. 2). Kelemahan-kelemahan dalam pengembangan dan implementasi MBO oleh berbagai fungsi.
Sedangkan menurut hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kelemahan Manajeman By Objective ada dua kategori kelemahan-kelemahan khas untuk organisasi yang mempunyai program MBO formal: 1). Kelemahan-kelemahan yang melekat (inherent) pada proses MBO. Ini mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO serta meningkatkan banyaknya kertas kerja. 2). Kelemahan-kelemahan dalam pengembangan dan implementasi MBO oleh berbagai fungsi.
Menurut Nanang Fattah (2009: 35) ada empat kelemahan Manajeman By Objective yaitu:
a. Tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik Manajeman By Objective secara tepat.
b. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi.
c. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara kuantitas.
d. Perubahan yang diinginkan Manajeman By Objective dalam perilaku manajer kemungkinan akan menimbulkan maslah dalam proses MBO titik berat akan bergeser dari menilai menjadi membantu bawahan.
a. Tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik Manajeman By Objective secara tepat.
b. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi.
c. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara kuantitas.
d. Perubahan yang diinginkan Manajeman By Objective dalam perilaku manajer kemungkinan akan menimbulkan maslah dalam proses MBO titik berat akan bergeser dari menilai menjadi membantu bawahan.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan Manajeman By Objective adalah:
- Tidak mudah menanamkan tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik MBO secara tepat
- Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi
- Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara dikuantitas
- Pembuatan keputusan membutuhkan waktu yang lama
- Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja
- Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja
Terapi Anak Hiperaktif/ADHD
Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder
atau ADHD adalah kondisi psikologis yang dimulai pada anak usia dini dan
sering berlanjut menjadi dewasa. Secara umum, laki-laki memiliki
tingkat prevalensi yang lebih tinggi dari gangguan daripada wanita. Ada
tiga set luas dari gejala yang berhubungan dengan ADHD: kurangnya
perhatian dan distractibility, hiperaktif, dan impulsif. Hal ini tidak
perlu memiliki gejala-gejala dari semua tiga wilayah untuk memenuhi
kriteria ADHD dan banyak orang dewasa mengalami gejala kognitif terutama
dari kurangnya perhatian dan distractibility. Gejala-gejala hiperaktif
dan impulsif lebih sering terjadi pada laki-laki dan biasanya lebih
parah pada awal masa kanak-kanak. Selain gejala-gejala utama, banyak
anak dengan ADHD mengalami masalah sekunder, termasuk kesulitan akademis
yang signifikan selama tahun-tahun awal mereka sekolah dan / atau
kesulitan interpersonal dengan rekan-rekan.
ADHD diklasifikasikan sebagai
“Developmental Disorder” yang berarti gejala harus hadir oleh anak usia
dini dan mereka biasanya menetap menjadi remaja atau dewasa. Gejala yang
terkait dengan ADHD bervariasi secara signifikan di seluruh umur dalam
hal keparahan dan beberapa gejala dapat mengatasi seluruhnya oleh remaja
akhir atau dewasa. Seorang anak dengan ADHD mungkin memiliki kesulitan
duduk untuk jangka waktu selama kelas, misalnya, sedangkan dewasa muda
mungkin merasa “gelisah” selama kelas dan memiliki masalah dengan
konsentrasi dan perhatian-span selama kuliah. Orang dewasa mungkin
menghadapi berbagai masalah, seperti masalah awal dan menyelesaikan
tugas-tugas di tempat kerja.(GALIH JALU DWI.N 101014230)
Konseling Terapi Bgi Penderita Obsesive-Compulsif Disorder(OCD)
A. Pengertian Obsesif-Kompulsif
Gangguan Obsesif-Kompulsif disingkat GOK atau Obbesive-Compulsif Dissorder (OCD), ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah
gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan
mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan. Kompulsi adalah desakan atau paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi.
Dalam kriteria DSM-IV-TR mengartikan
bahwa Obsesi adalah pikiran yang berulang dan menetap, impuls-impuls
atau dorongan yang menyebabkan kecemasan, Kompulsif adalah perilaku dan
tindakan mental repetitif yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan
ketegangan.
Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder,
OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari
pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak
diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat
mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya.
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam
kehidupan individu didominasi oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi)
yang ditindaklanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi)
untuk menurunkan kecemasannya.
B. Penyebab Gangguan Obsesif Kompulsif
Penyebab Obsesif Kompulsif adalah:
1) Genetik – (Keturunan).
Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit
ini kemungkinan beresiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder).
2) Organik –
Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian – bagian
tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf
seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah
salah satu penyebab OCD.
3) Kepribadian
– Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat
gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah
seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang
terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak
mudah mengalah.
4) Pengalaman masa lalu
– Pengalaman masa lalu/lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang
menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.
5) Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi
atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita
obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala yang mirip dengan
depresi.
6) Konflik
– Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa
yang berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri,
di tempat kerja, keyakinan diri.
(GALIH JALU DWI.N 101014230)
Kecerdasan Majemuk
Teori Kecerdasan Majemuk pertama kali
dikembangkan oleh Dr. Howard Gardner dari Harvard Univewrsity pada tahun
1983. Selama ini gagasan kecerdasan berdasarkan pengujian IQ adalah
sangat terbatas. Dr. Gardner berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai 8
kecerdasan yang berbeda untuk berbagai potensi manusia yang lebih luas
pada anak-anak dan orang dewasa. 8 kecerdasan tersebut adalah:
1. Kecerdasan Linguistik (Kata-kata)
Merupakan kepekaan untuk berbicara dan menulis, kemampuan untuk mempelajari bahasa dan kemampuan menggunakan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk secara efektif menggunakan bahasa untuk mengekspresikan diri secara retoris atau puitis, dan bahasa sebagai sarana untuk mengingat informasi. Penulis, penyair, pengacara, dan pembicara adalah mereka yang mempunyai kecerdasan linguistik yang tinggi.
Merupakan kepekaan untuk berbicara dan menulis, kemampuan untuk mempelajari bahasa dan kemampuan menggunakan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk secara efektif menggunakan bahasa untuk mengekspresikan diri secara retoris atau puitis, dan bahasa sebagai sarana untuk mengingat informasi. Penulis, penyair, pengacara, dan pembicara adalah mereka yang mempunyai kecerdasan linguistik yang tinggi.
2. Kecerdasan Logika (Matematika)
Kecerdasan Logika-Matematika terdiri dari
kemampuan untuk menganalisa masalah secara logis, melakukan operasi
matematika, dan menyelidiki masalah ilmiah. Menurut Gardner ini
merupakan kemampuan untuk mendeteksi pola, alasan deduktif dan berpikir
logis. Kecerdasan ini sering dikaitkan dengan pemikiran ilmiah dan
matematika.
3. Kecerdasan Spasial (Gambar)
Kecerdasan Spasial melibatkan kemampuan untuk mengenali dan menggunakan pola ruang yang luas.
Kecerdasan Spasial melibatkan kemampuan untuk mengenali dan menggunakan pola ruang yang luas.
4. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal melibatkan kemampuan dalam kinerja, komposisi dan apresiasi terhadap pola musik. Ini mencakup kemampuan untuk mengenali dan menulis pola titi nada musik, nada, dan ritme. Menurut Gardner kecerdasan musik secara struktural berjalan hampir paralel dengan kecerdasan linguistik.
Kecerdasan musikal melibatkan kemampuan dalam kinerja, komposisi dan apresiasi terhadap pola musik. Ini mencakup kemampuan untuk mengenali dan menulis pola titi nada musik, nada, dan ritme. Menurut Gardner kecerdasan musik secara struktural berjalan hampir paralel dengan kecerdasan linguistik.
5. Kecerdasan Intrapersonal (Refleksi diri)
Kecerdasan Intrapersonal mencakup kemampuan untuk memahami diri sendiri, untuk menghargai perasaan, ketakutan, dan motivasi. Dalam pandangan Gardner melibatkan kemampuan memiliki model kerja yang efektif dari diri kita sendiri, dan untuk menggunakan informasi tersebut untuk mengatur hidup kita.
Kecerdasan Intrapersonal mencakup kemampuan untuk memahami diri sendiri, untuk menghargai perasaan, ketakutan, dan motivasi. Dalam pandangan Gardner melibatkan kemampuan memiliki model kerja yang efektif dari diri kita sendiri, dan untuk menggunakan informasi tersebut untuk mengatur hidup kita.
6. Kecerdasan Kinestetik (Olah tubuh)
Kecerdasan kinestetik jasmani memerlukan potensi menggunakan seluruh tubuh seseorang atau bagian tubuh untuk memecahkan masalah. Ini adalah kemampuan untuk menggunakan kemampuan mental untuk mengkoordinasikan gerakan tubuh. gardner melihat aktivitas mental dan fisik sebagai sesuatu yang berkaitan.
Kecerdasan kinestetik jasmani memerlukan potensi menggunakan seluruh tubuh seseorang atau bagian tubuh untuk memecahkan masalah. Ini adalah kemampuan untuk menggunakan kemampuan mental untuk mengkoordinasikan gerakan tubuh. gardner melihat aktivitas mental dan fisik sebagai sesuatu yang berkaitan.
7. Kecerdasan Interpersonal (hubungan antar manusia)
Kecerdasan Interpersonal berkaitan dengan kemampuan untuk memahami kemauan, motivasi, dan keinginan orang lain. Hal ini memungkinkan orang untuk bekerja secara efektif dengan orang lain. Pendidik, tenaga penjual, pemimpin agama dan politik, dan konselor semua membutuhkan kecerdasan interpersonal yang bekerja dengan baik.
Kecerdasan Interpersonal berkaitan dengan kemampuan untuk memahami kemauan, motivasi, dan keinginan orang lain. Hal ini memungkinkan orang untuk bekerja secara efektif dengan orang lain. Pendidik, tenaga penjual, pemimpin agama dan politik, dan konselor semua membutuhkan kecerdasan interpersonal yang bekerja dengan baik.
8. Kecerdasan Naturalis (hubungan dengan alam)
Kecerdasan naturalis memungkinkan manusia untuk mengenali, mengelompokkan dan menggunakan fitur tertentu dari lingkunghan. Kecerdasan ini menggabungkan deskripsi kemampuan inti dengan karakterisasi peran yang banyak mempunyai nilai budaya.
Kecerdasan naturalis memungkinkan manusia untuk mengenali, mengelompokkan dan menggunakan fitur tertentu dari lingkunghan. Kecerdasan ini menggabungkan deskripsi kemampuan inti dengan karakterisasi peran yang banyak mempunyai nilai budaya.
Sebagian besar lembaga pendidikan kita
masih menitikberatkan pemberdayaan peserta didik pada kecerdasan
linguistik dan kecerdasan logika, sedangkan kemampuan yang lain masih
belum diberdayakan secara maksimal. Dr. Gardner juga mengatakan bahwa
kita juga harus menempatkan perhatian yang sama pada individu yang
menunjukkan prestasi dalam kecerdasan lain: para seniman, arsitek,
musisi, naturalis, desainer, penari, terapis, pengusaha dan lain-lain
yang memperkaya dunia dimana kita hidup. Sayangnya banyak dari anak-anak
yang sangat berbakat tidaka cukup punya ruang gerak yang cukup luas di
sekolah dimana mereka seharusnya dapat mengembangkan bakat yang mereka
miliki secara optimal.
Salah satu fitur yang paling menonjol
dari kecerdasan majumuk adalah bagaimana ia menyediakan 8 jalur potensi
yang berbeda untuk belajar. Jika guru kesulitan menjangkau siswa dengan
cara liguistik atau logis, teori kecerdasan majemuk menyarankan beberapa
cara lain dimana pelajaran mungkin disajikan untuk memfasilitasi
pembelajaran yang efektif. Penggabungan beberapa hal dalam kecerdasan
majemuk merupakan ide pembelajaran yang sangat menarik dan efektif.
Penyajian materi pelajaran bisa dilakukan dengan lebih kaya dan lebih
kreatif. (dari berbagai sumber)
(GALIH JALU DWI.N 101014230)
Langganan:
Postingan (Atom)